Buku Andrea Hirata yang terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi ini bercerita tentang kehidupan Ikal di kampung halamannya sepulang dari Soborne.  Dengan membawa kerinduan mendalam kepada ayah yang sangat dikagumi dan dicintainya, Ikal menumpang kapal yang jauh dari nyaman dan aman dari Jakarta menuju pulau Belitong. Ikal kembali pada kehidupan lamanya sebagai warga Belitong yang mayoritas terpuruk setelah pabrik timah di Belitong gulung tikar. Dimana mana ditemukan kemiskinan dan keterpurukan. Bukan hal baru sebenarnya buat Ikal, karena ia dibesarkan disana dan tumbuh dalam strata terendah masyarakat Belitong. Namun karena ia baru saja menghabiskan beberapa tahun di luar negeri, dimana semua serba tertata dan indah, kembali kedesa membawa kepedihan sendiri dihatinya. Apalagi sepulang dari pendidikan di luar negeri, tidak mudah bagi Ikal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Sindiran ibunya untuk segera bekerja dan menikah kadang membuat Ikal gerah.  Dalam bab-bab terakhir diceritakan, karena ingin mengumpulkan uang untuk membeli kapal guna menemukan A Ling, cinta pertamanya, Ikal rela menjadi kuli dan bekerja apa saja tapi hasil yang didapatkannya tidak memadai.
Dibuka dengan cerita tentang penyambutan kedatangan seorang dokter gigi yang baru lulus dan ditempatkan di kampung Ikal. Wanita muda yang sebenarnya anak orang kaya dan bisa hidup nyaman kalau ia berkehendak, mau saja ditempatkan didaerah terbelakang karena idealismenya ingin mengabdikan hidupnya kepada masyarakat. Namun pada kenyataannya berbulan bulan ia buka praktek, tapi tak seorang wargapun mau memeriksakan giginya, walaupun kepala kampung Karmun sudah berusaha menarik, memaksa, bahkan mengancam warganya untuk datang. Warga justru lebih suka berobat ke dukun gigi dengan alasan yang sederhana 'mulut sama dengan kelamin, kalau bukan muhrimnya tidak boleh melihat'. Sang dukun gigi, andalan orang kampung bisa mengobati gigi dengan magic, tanpa membuka mulutpun penyakit bisa sembuh.  Warga Belitong, yang menghabiskan waktu senggangnya dengan 'cangkrukan' di warung kopi, dan berbual bual, sangat menyukai taruhan.  Dan Ikal pun sempat menjadi bahan taruhan dan karena Ikal takut diberi julukan yang aneh aneh oleh warga desanya, iapun semakin bersemangat dalam mewujudkan cita citanya.
Kemudian, diceritakan bahwa suatu hari nelayan Belitong menemukan 2 jenasah yang terapung di air dengan badan bertatoo kupu kupu yang menurut kisah warga adalah tatoo khusus satu marga, yaitu marga A Ling. Jenasah orang orang ini dipercaya tewas dalam upaya melarikan diri melewati pulau Batuan, pulau yang dikuasai perampok bengis. Ikal seolah mendapat semangat baru untuk bertemu A Ling, yang dalam novel2 sebelumnya pergi tanpa jejak. Satu satunya cara untuk mencari A Ling adalah dengan naik kapal ke pulau Batuan. Namun tidak seorang nelayan atau pemilik kapalpun yang mau mengantar atau meminjamkan kapalnya kepada Ikal karena mereka takut pada cerita yang beredar tentang kekejaman perampok dan susahnya jalan menuju kesana. Jangankan menemukan A Ling, bisa bisa malah pulang tinggal nyawa. Ikal, seperti biasa, dibantu oleh para Laskar Pelangi yang kini telah tumbuh dewasa dengan profesi beragam, tidak surut oleh kecaman dan cemooh masyarakat. Dengan bermodal uang dan pengetahuan tentang membuat kapal yang sangat terbatas akhirnya Ikal berhasil membuat sebuah kapal dan berangkat bersama Mahar (yang telah menjadi dukun sakti), dan 2 orang lainnya. Mereka ber empat punya misi sendiri sendiri.
Singkat cerita, mimpi Ikal menjadi kenyataan. Berkat kerja sama, ketabahan dan tekad yang kuat, Ikal menemukan A Ling. Kisah cinta dua mahluk yang diceritakan dengan lembut tanpa kesan vulgar ini benar benar mengharukan. Cinta tidak diumbar dalam kata kata yang membabi buta. Tapi terasa manis dan tulus.
Sepulang dari mencari sang belahan jiwa, Ikal dihadapkan pada masalah baru. Ketua kampung Karmun memaksanya ke dokter gigi karena gigi bungsu Ikal yang tumbuh tidak sempurna menjadi masalah yang menyakitkan. Ikal boleh tahan bekerja sebagai kuli yang meremukkan tubuh, boleh tahan dengan semua masalah selama hidupnya, tapi ternyata Ikal tidak tahan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia kedokteran akibat trauma masa kecil. Kedatangan pak Karmun yang terakhir ke rumah Ikal untuk membujuknya pergi kedokter gigi (sebagai pasien pertama) akhirnya berhasil. Tapi pada hari H, pencabutan gigi bungsu Ikal menjadi tontonan menarik bagi seluruh warga kampung bahkan sampai mendatangkan media cetak dan radio.
Maryamah Karpov justru tidak banyak bercerita tentang makcik Maryamah yang jago main catur seperti Karpov. Namun semangat dan keberanian untuk bermimpi dan mewujudkan mimpi yang paling gila sekalipun  yang  menjadi inti novel ini. Dengan pengetahuan yang luas, humor cerdas, susunan kalimat demi kalimat yang kental dengan filosofi Melayu,  jalinan cerita mengalir dengan lancar, terarah dan kemampuan Andrea Hirata meramu cerita, pasti membuat pembaca merasa 'kenyang' dan puas.  Cara Andrea Hirata membuat novel novelnya jauh berbeda dengan para penulis Indonesia muda lain yang selalu menyertakan kemewahan, cinta dan cemburu yang berlebihan dan fantasi fantasi yang tidak membumi. Andrea menulis dengan sederhana, lugu, lucu tapi mengharukan. Ada setia kawan, ada kepatuhan dan hormat kepada orang tua, ada pembangkangan, kebandelan, kekonyolan dan segala hal lain yang membuat novel ini tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Bagaimana akhir cerita A Ling dan Ikal?? Baca aja bukunya...biar surprise

Download Here


0 komentar to "Tetralogi laskar pelangi : Maryamah Karpov"

Posting Komentar